Video games dari berbagai sudut pandang

Tulisan ini sudah lama sekali saya pendam, tapi masih bingung menulisnya agar kata-kata tersampaikan dengan jelas.

Karena sebagian orang memandang video games itu sama seperti orang memandang aspek TI dianggap cuma “ecek-ecek” aja, bukan bagian penting.

Dulu ada pendapat seorang dosen dan ustaz yang bilang “video games tidak ada manfaatnya, buang-buang waktu”

Saya paham esensinya kalau mereka bilang agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Namun, begini pemirsa yang budiman.. banyak cara seseorang berhibur, dengan menonton film ntah di tv, ntah di bioskop, ada yang membuat kopi ngoleksi berbagai alat racik kopi, ada yang hobi koleksi ikan hias, dsb. Sama, ada orang yang butuh hiburannya dengan bermain games. Bagi orang yang tidak suka? mesti dianggap semua itu tidak bermanfaat.

OK, kalo esensinya “melebihi batas”, saya sepakat, apapun yang melebihi batas, tidak baik, makan berlebihan bikin sakit, kerja berlebihan bikin sakit, olah raga berlebihanpun bikin sakit, apalagi nonton drakor semalam suntuk sama, bikin sakit.

Nah, sebagai seorang praktisi TI, saya melihat industri games di Indonesia ini di kalangan developer sangat baik, tapi di kalangan konsumen, duuh, masih memprihatinkan. Ya terbukti masih banyak menganggap video games itu tidak bermanfaat, masih ada yang menganggap copy game dari internet itu tidak berdosa (padahal game itu oleh developernya dijual, tapi oleh orang yg tidak berwenang dibagikan secara gratis), dan juga baru kemarin saya lihat ada orang bangga exploit harga dari negara lain yang kursnya lebih rendah, dipamerkan ke orang lain dan juga ada juga yang protes dari kaum mendang-mending yang menganggap mending beli game digital dari kurs luar daripada koleksi game fisik.

Ini semua penyakit, jadi wajar kalau produsen console masih enggan buka HQ resmi di sini (terlepas dari masalah birokrasi negara kita). SDM kita belum siap.

Saya pribadi, saya terlibat dengan studio games GL1 di Jakarta dari tahun 2020, sebelumnya pun pernah proyekan barengan dengan seorang cewek game developer dari gameloft buat garap project di BNI (sekarang si teman ini sedang post graduate di Estonia). Yang mau saya sampaikan adalah, games itu bukan hanya untuk anak kecil saja, tapi untuk semua kalangan.

Saya sempat terlibat pengembangan games untuk training SDM di bank, saya sendiri waktu mengikuti training pakta integratas di Sinarmas, itupun bentuknya games yang menarik agar mudah diingat dan dipahami.

Dan industri games untuk perkantoran ini makin banyak. Developer di tim sayapun ikut mengembangkan games untuk psikolog. Jadi kalo ada yang bilang games tidak ada manfaatnya, coba dibuka pandangannya lebih luas.

Selain itu, sekarang ini banyak tools anak-anak berbentuk video games yang mengajarkan coding, mulai dari runut algoritma sederhana agar anak-anak mengerti bagaimana sebuah program berjalan dan juga memahami mengenai logika sederhana.

Yakin itu semua tidak ada manfaat?

Ok, kalo bahas aspek negatif videogames, ini juga yang salah bukan gamesnya, tapi orang tua yang tidak memahami masalah rating.

Berapa banyak di kita kalo melihat orang nonton film dewasa, action, yang seharusnya untuk orang dewasa, tapi mengajak anak-anak ke dalam ruangan bioskop? orang tuanya jelas baca itu ratingnya, tapi ya kepekaannya kurang.

Nah sama halnya dengan videogames, sudah jelas di box dan di intro games itu biasanya ada rating, tapi ya kebanyakan cuek. Saya pribadi, tidak pernah sedikitpun menyajikan games yang ada adegan pukul2an, dsb, yg intinya memang belum pantas dilihat oleh anak-anak. Biasanya saya main remote di Steam deck atau nunggu anak-anak tidur/sekolah.

Games itu menyenangkan, anak-anak suka games Mario dan Pokemon, mereka membayangkan menjadi hal itu, imajinasi merekapun melebar. Imajinasi tentu melahirkan kreatifitas.

Selain menyenangkan, ada juga aspek empati. Game bisa melampaui keterbatasannya film dengan menempatkan pemain di sudut pandang orang pertama, yang harus bertindak & ambil keputusan. Banyak games RPG yang membawa gamer di posisi orang pertama, dan harus mengambil keputusan mesti berbuat apa, sebut saja game-game keluaran Bioware seperti SW KOTOR dan Dragon Age, dan game keluaran CDProjectRED, The Witcher 2 & 3. Kita mau jadi baik, atau mau jadi jahat, ada kosekuensi dari setiap tindakan kita, dan inilah yang mengajarkan kita menguatkan empati di masyarakat.

Bagaimana dengan industri games di dunia? Wah pesat, mau bukti? Baru-baru ini ada leaked data Insomniac, data development game Spider-man 2 nunjukin angka 600 million USD buat development dengan ribuan karyawan direkrut, bayar royalty ke yg punya license 26%. Terus hari ke 14 profit 2,8 million USD, belum lagi penjualan toys yang related game tersebut, angka yang sangat fantastis, dan tentunya membuka banyak lapangan pekerjaan dari UI design, design artist, Voice actor, director, developer, QA, CG editor, dsb.

Bandingkan dengan movie Spider-man FFH, biaya produksi 160jt USD saja.

Sekian tulisan saya soal video games. Tulisan yang sudah lama saya pikirkan, baru ada triggernya hari ini hahaha.

oh ya saya tambahkan kutipan dari sebuah riset https://www.researchgate.net/publication/224171526_Game-based_learning_courseware_for_children_with_learning_disabilities

Bermain (game) sangat penting untuk membantu orang memperoleh berbagai keterampilan kognitif dan sosial. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (1962), bermain (game) adalah dasar perkembangan kognitif dan emosional seseorang.

Selain itu, bermain game, baik untuk hiburan atau tujuan utilitas, telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti pemasaran, manajemen, politik, dan sains. Seperti yang disebutkan di atas, peneliti game dapat fokus pada permainan itu sendiri atau orang yang memainkannya.

Dengan tujuan yang menantang, interaksi sosial, dan aturan tertentu, permainan memberikan stimulasi unik, berfungsi sebagai bentuk latihan, dan membantu pemain mengembangkan berbagai keterampilan.

Pengalaman dengan console Xbox One dibandingkan PS4.

Kemarin ada yang nulis status share pengalaman penggunaan xbox.

Saya coba share penggunaan xbox one dari sejak day-1 sampe sekarang:

  1. Di Xbox One ada app. Xbox. Bisa dipakai untuk menyalakan/mematikan xbox one via app, app dijadikan controller, untuk mengetik chat (daripada pilih satu per satu pake dpad, mending ngetik dari app. ntar otomatis sync ke layar xbox). Selain itu bisa dipakai untuk berbelanja di Store ataupun redeem codes. Dan tidak lupa bisa nulis status untuk exist dan merekam layar xbox One hanya dengan 1 tombol “record”.
  2. Di App. Store Xbox One ada app yang namanya “One Guide”. App ini dipakai untuk membaca apapun di hdmi in. Misal colokin tvbox atau useetv Indihome, ya bisa dipake buat nonton TV dari dalam Xbox. Misal dicolokin Chromecast, ya bisa dipake buat nampilin layar chromecast, colokin HP/iPad, nanti layarnya tampil di app. One Guide di Xbox tersebut. Mau koneksiin PS4/Nintendo Switch main di dalam layar Xbox? bisa kok via app. ini.
  3. Koneksikan SmartTV, Speaker/Soundbar di Settingan Xbox. Tujuannya? biar kalau nyalain TV, atur volume TV/soundbar, play/pause/stop Media Player/Netflix/Blu-ray player bisa dari remote mana aja, bisa dari app. Xbox One, bisa juga dengan perintah suara.
  4. Koneksikan Xbox One ke app. Google Home. Punya Alexa Hub atau Google Nest di rumah? nah manfaatkan untuk Xbox One juga, jadi kita bisa kasih perintah ke Alexa/Google Home buat nyalain Xbox One, atur volume, rekam cuplikan game, buka aplikasi (netflix, spotify, dll) hanya dengan perintah suara.
  5. Rasakan sensasi Dolby Atmos dan DTX:X pada saat bermain game di Xbox One. Di Xbox One ada app. Dolby Access dan App. DTX agar pengalaman bermainnya lebih “immersive”. Bahkan gak cuma itu, kalo kita langganan pake UHD Netflix, terus buka app. Netflix di Xbox One, itu di beberapa filem akan terdeteksi Dolby Vision/Dolby Digital/Dolby Atmos. Kualitas suaranya juara, walaupun speaker/headphone kita masih stereo ataupun 5.1. Di beberapa games kayak FFXV, RE7, AC Origins juga ada opsi audio dolby atmos, jadi pas ada orang di belakang kanan kita, suara yg keluar ya seakan dari kanan belakang.
  6. Streaming play dengan app. Xbox di Windows 10. Bisa local wireless atau internet. Saya pernah coba di speed inet 10 Mbps kantor, bawa stik doang, bisa mainin xbox one yang berada di rumah melalui Windows10.
  7. Download cuplikan rekaman game di app. Xbox One. Setiap kita merekam cuplikan game di console Xbox One, selain bisa kita share ke Twitter dan OneDrive, bisa juga didownload di HP kita, misal kita pengen share ke discord/whatsapp.
  8. Jumlah games di vault EA Access Xbox One lebih banyak daripada di console sebelah/PC. Alasannya? karena Xbox One sudah back compatible dengan Xbox 360, jadi beberapa games xbox360 dari EA tersedia di vault EA Access.
  9. Sering nonton film blu-ray di console? Saya pernah bandingkan play Blu-ray movie original di console sebelah dan di Xbox One, lebih bagus kualitasnya di Xbox One. Selain Dolby Accessnya (poin no.5) bisa dimanfaatkan buat game, bisa kita manfaatkan juga buat movie, nah pas nonton, duarrr… bener-bener kayak di Bioskop.
  10. Bermain game dengan Keyboard dan Mouse. Xbox One sudah support Keyboard dan Mouse. Pernah saya coba main Gears 5 lancar jaya pake wireless Keyboard dan Mouse Logitech.
  11. Library yang lebih rapih. Selain bisa dikelompokan per folder, library games di Xbox One bisa difilter berdasarkan size, alphabet, last played, most played, dll. Dan terdapat grouping, jadi misal pengen bikin folder di dalam folder (atau sub kategori games library) untuk games tertentu bisa dilakukan di dashboard xbox one.
  12. Controller Xbox One yang super nyaman dan ergonomik. Di sebelah baru ada “dual sense” dengan adaptive trigger, di controller xbox one, triggernya sudah adaptive, tekan sedikit ya gerak sedikit, tekan lebih dalam ya full.. cocok buat sprint bermain FIFA/PES ataupun bermain game balap yang tiada tandingannya: Forza Horizon.
    Selain itu controllernya bisa langsung dimanfaatkan di PC tanpa hub tambahan.
  13. Aktifkan energy-saving/instant-on, agar bisa update dan download games ketika xbox one tidak dinyalakan. Dibandingkan console sebelah, Xbox One ini memang terlalu sering update patch firmware OS. Jadi, biar tetep nyaman bermain, mending diaktifkan aja fitur ini.
  14. HDMI CEC/HDMI Arc di Xbox One. Pengen main Xbox One, cukup perintah suara ke Google Home atau Alexa tanpa harus repot nyalain TV? Nah, dengan HDMI CEC/HDMI Arc, kita bisa atur, kalo pas Xbox One Nyala: TV otomatis nyala. Kalo pas Xbox One mati: TV otomatis mati, begitu juga untuk soundbard, tvbox, bisa diatur sedemikian rupa.
  15. Back compatibilities. Punya game digital atau game fisik yang dibeli buat Xbox360? nah, sekarang di Xbox One sudah ratusan games Xbox360 yang disupport untuk dimainkan. Cukup masukan disc fisiknya atau kalau pernah beli digital, tinggal cari di Store Xbox One. Bahkan beberapa games sudah enhanched, dengan kualitas meningkat, bahkan ada yang sudah 4K.
  16. Browser Edge ada di Xbox One, browser ini lebih ringan daripada console sebelah, bahkan buka berbagai tab masih lancar.
  17. Ada satu lagi yang membedakan dengan console sebelah, bisa play Audio CD di Xbox One. Saya punya beberapa CE yang bonus audio CD dari console sebelah, saya play di Xbox One.
  18. Kinect. Selain dipake buat ngegame Just Dance, Zumba World Party, dll. Kinectnya bisa dipake buat Skype-an. Ada app. Skype di Xbox One.
  19. 1 (satu) Akun bisa diisi berbagai region. Di regulasi Xbox, ada aturan 1 akun bisa ganti-ganti region 3x selama 12 bulan. Saya pertama kali punya Xbox One, akun saya masih pake akun pas main xbox 360, yaitu akun Singapore, ada saldonya, nah pas pindah Xbox One, store singapore sedikit, jadi saya pindah region ke region US di akun yang sama, dan mengejutkannya, di billing akun saya, terbaca semua saldo SGD dan saldo USD. Ini saya pake akun Argentina. Jadi di billing terbaca 3: Singapore, Argentina dan US. Ingat, setahun hanya bisa ganti regionnya, sebanyak 3x. Kereset setiap awal tahun.
  20. bersambung…hahaha

Contoh Surat Perjanjian Kontrak Software Developer

PR besar selain skill coding seorang Software Developer adalah kemampuan menulis. Baik itu menulis surat cinta buat calon istri #eh, menulis surat penawaran, menulis list tugas-tugas dan skup pekerjaan, menulis percakapan yang baik dan mudah dipahami klien (baik itu yang awam maupun yang pro), dan menulis dokumentasi.

Di kesempatan ini saya coba menulis Surat Perjanjian Kontrak (SPK) Software Developer yang mungkin berguna, khususnya buat saya sendiri maupun temen-temen yang berprofesi sebagai software developer. Sudah disesuaikan berdasarkan pengalaman-pengalaman lampau sehingga, insya’ Allah tidak merugikan kedua belah pihak, khususnya si Software Developer.

Mungkin di kesempatan lain saya akan menulis contoh-contoh surat yang lain di dunia manajemen proyek. Tapi menunggu ada waktunya dulu hahaha.

Berikut ini contohnya: download di SINI

Perlu diingat bahwa Surat Kontrak Kerja tidak berdiri sendiri di saat membuat kesepakatan dengan klien, harus disertakan juga PO (Purchase Order) yang berisi pekerjaan yang diminta dan harganya, kemudian FSD (Fuctional Spesification Document) yang berisi list skup pekerjaan beserta detailnya, kemudian NDA (Non-disclosure agreement) yang berisi kesepakatan kerahasiaan pekerjaan.

 

Menentukan harga jasa untuk programmer dan desainer

Setelah pernah dibahas mengenai menentukan harga project TI khususnya mobile apps. yang ingin kita bahas adalah bagaimana menentukan harga jasa untuk programmer atau desainer mobile apps (mungkin bisa dipakai untuk developer software secara global)

Begini, akhir-akhir ini saya sering ditanya mahasiswa : “mas, bagaimana cara menentukan harga desain saya? saya ragu mau pasang harga”

Kalau menghendaki harga yang pantas dan ideal, itu subjektif, silahkan tentukan berdasarkan usaha yang akan dikeluarkan dan alokasi waktunya. Dan pasang harganya. Yang penting berani dan sudah mengukur sendiri harga yang pantas. Jangan sampai, kamu pasang harga 3 juta rupiah, namun, ternyata uang yang dikeluarkan untuk usaha begadang, internet dan ngemil serta ngopi sambil bekerja itu ngepas 3jt, atau mepet 3juta, alhasil tekor dan gak ada untungnya.

Namun, beberapa programmer/desainer software junior, masih bingung, harga jasa saya berapa?

Mari kita perhatikan 5 hal yang mempengaruhi harga jasa kamu di dunia software engineering sebagai berikut :

  1. Scope pekerjaan.
    Scope adalah segala hal yang ada di dalam produk software/produk dari project TI dan segala proses di dalamnya.
    Mendefinisikan apa yang diminta, apa yang mesti dikerjakan, dibagi step-stepnya (rencana->rancangan) sampe menjadi rangkaian berurut apa saja yang dikerjakan. Dengan demikian, dapat diestimasi jadwal dan waktu pengerjaannya.
    Contoh, ketika saya dari tidur pengen berangkat ke sekolah :

    1. Saya bangun tidur (15 menit), kemudian
    2. saya mandi (15 menit), kemudian
    3. saya sarapan (30 menit), kemudian
    4. saya berangkat ke sekolah (20 menit).
  2. Proses pengerjaan,
    Sulit kah? mudah kah? simple kah? kompleks kah?
    Terus bagaimana proses yang mesti saya ikuti? banyak kah? tentu mesti memperhatikan, jika ternyata proses untuk mengerjakan codingannya ataupun desainnya, bisa memakan waktu berjam-jam.
    Mulai dari :

    1. memahami klien kemudian menganalisis kehendak si klien;
    2. brainstorming, berguna untuk mendefinisikan semua kebutuhan biar bisa dikerjakan menjadi karya kita;
    3. inisialisasi, mulai dari kamu corat-coret desain/coba-coba code init/awal sampe jadi prototyping;
    4. prototyping, membuat karyamu sampe dengan prototype;
    5. development/design, mulai deh ngembangin sampe memroses semua kebutuhan menjadi produk
    6. revisi, mesti ketemu bagian ini, kadang ada saja bagian yang tidak sesuai kehendak klien, nah ini mesti diperhitungkan;
    7. final version, ketika sudah direvisi, dipoles, dibungkus, terus diserahin deh ke klien.

    panjang kan prosesnya? 😀 Makanya perlu diperhatiin betul, jangan sampe harga yang kamu pasang gak sesuai.
    Nah, ada beberapa hal itu bisa dikerjakan bebarengan, serentak (jika kamu ngerjainnya berdua atau lebih sama teman), tentu ada beberapa proses bisa dihemat waktunya. Coba lihat ilustrasi berikut :

    Critical Chain Project Schedule
    Critical Chain Project Schedule

    Kalo dilihat dari gambar di atas, tentu kita bisa memperkirakan, task apa saja yang bisa dikerjakan dalam 1 waktu bersamaan, dan mana yang tidak bisa. Jika tidak bisa, terus taruh di mana prosesnya..apa dikerjakan duluan, apa dikerjakan belakangan? tentu kalau ingin mengerjakan sesuatu, kerjakan dari yang paling mendasar.

  3. Standar harga per jam kerja (hourly rate)
    Kalo bagian ini, gak bisa sembarangan ditentuin. Kamu mesti sadari gaji/rate bayaran kamu berapa yang pernah kamu terima? terus itu dikerjakan berapa lama?
    Misal :
    Kamu pernah kerja 2 minggu (10 hari kerja, minus sabtu-minggu) dibayar Rp 3.000.000
    Sehari kerja dari jam 09:00 – 12:00, dilanjut ishoma, terus jam 13:00 – 16:00, berarti kalo ditotal : 6 jam kerja.
    Dan jika kita konversi menjadi perjam, rumusnya: Harga / total jam kerja / total hari
    Rp. 3.000.000 / 6 / 10 = Rp 50.000
    Berarti kamu dibayar Rp50.000,- per jam. Rate ini selalu naik seiring pengalaman, tentunya bila dinamika perubahannya naik, dalam artian, kamu sudah mengalami pengalaman yang banyak, yang dulunya sulit, jadi gampang, skill bertambah, dan beberapa project kamu jadi terbiasa garap (pengalaman). Semakin tinggi pengalaman, rate tentu semakin tinggi juga.
    Apalagi dibarengi skill yang makin tinggi pula (semakin banyak pengalaman, mestinya semakin beragam pula soft skill yang dikuasai). Bila kamu sudah 10 kali project dalam 2 tahun dengan hourly rate Rp 50.000,-… pas tahun ke-3, ya naikin lagi hourly rate jadi Rp 75.000,- atau Rp 100.000,-.Apalagi dalam 2 tahun itu kamu sudah belajar banyak, ditambah sekolah lagi, bisa berkali-kali lipat.Dan lagi-lagi, perhatiin juga standar gaji di dunia saat ini. (coba googling : salary guide [tahun], contoh : salary guide 2014, saya gak akan jelasin ini, cari di google dan baca sendiri sesuai posisi kamu di pekerjaan, bila orang kerja dibayar per bulan (20 hari kerja) sekian rupiah, tentu bisa dihitung per jamnya). Tentunya jika kamu di tahun kedua pernah mendapatkan proyek membuat sistem informasi perkantoran dengan harga Rp 60.000.000,-, kemudian di tahun ke empat jangan pasang 60jt lagi, tapi dinaikin. Berapa besar kenaikannya? kalau masih kesulitan menentukan, kembali ke pembahasan kita di atas yang baru kita bahas dan perhatikan di salary guide untuk profesi kita di tahun ke-4 besar gaji/rate-nya berapa.

    Berikut ini contoh hourly rate di beberapa negara

    Screen Shot 2017-03-31 at 2.21.26 PM

    Mahal ya? iya, di sana dihargai lebih. Kalo rate di atas diterapkan di indonesia, tentu gak pas 😀 makanya tadi saya sampaikan cek salary guide untuk Indonesia. Contohnya di sini: Salary Guide 2016. Cek profesimu sebagai developer apa. terus cek berapa tahun pengalaman kerjanya. Jika sudah dapat, ya tinggal konversi ke per jam.

  4. Investasi
    Seluruh hal yang berhubungan dengan proses yang dikerjakan di atas, dan biaya yang keluar karena hal tersebut. Seperti yang saya jelaskan di atas.

    1. Saya bangun tidur (15 menit) -> gratis
    2. saya mandi (15 menit) -> sabun : Rp 2000, sampoo Rp 1000, pasta gigi+sikat giginya : Rp 8000
    3. saya sarapan (30 menit) -> sarapan ketoprak : Rp 6000, jalan kaki ke TKP
    4. saya berangkat ke sekolah (20 menit) -> berangkat naik motor, bensin Rp 6500

    Terus, kalo ditotalin : makan waktu 1 jam 20 menit (1,33 jam), dan biaya : Rp 82.000 (2000+1000+….+6500)

    Rumusnya : hourly rate x total proses kerja
    Jadi, ketika hourly rate kamu Rp 50000, berarti :

    Rp 50000 x 1,33 jam + Rp 82.000 = Rp 148666,66 (mari kita bulatkan ke atas :p Rp 149000)

    Ya nilai dari project ini : Rp 149.000,-

    Contoh di atas mungkin sedikit membingungkan, pada intinya saja ya. Jadi kalau kamu dapat proyek dalam waktu 1 bulan, ya dikonversi saja dalam satuan hari. 1 bulan = 20 hari kerja, 1 hari = 8 jam kerja. 20*8=160 jam.

    Misal hourly rate kamu adalah Rp 250.000,- dengan pengalaman sudah 3 tahun. Ya untuk proyek dengan waktu 1 bulan…tinggal dikalikan saja: Rp 250.000*160 jam= Rp 40.000.000

    Nilai 40 juta ini bukanlah nilai mutlak, jadi ada nilai resiko juga di dalam proyek, nah ini kita bahas di poin nomor 5 di bawah.

  5. Resiko
    Segala hal tentu ada resiko, nah jangan sampe resiko ini terjadi dan menimpa kamu. Resiko mungkin bisa dihindari, tapi jika terjadi, pikirkan dampaknya dan apa antisipasinya.
    Resiko besar yang biasanya terjadi itu : project diberhentikan di tengah jalan (bahaya dong, ntar ketabrak), requirements berubah (nah ini dia yang biasanya bikin jengkel, udah bikin capek-capek, gak dipake, mesti diganti)
    Resiko kecil : perubahan minor aplikasi/software, jadi menyita waktu juga walaupun perubahannya dikit-dikit.
    Resiko juga mesti diklasifikasikan berdasarkan :

    1. kesempatan terjadi
    2. potensi yang diakibatkan (parah apa nggak?)
    3. kesulitan mendeteksi resiko supaya bisa dihindari

    Contoh : bugs di aplikasi
    Kesempatan terjadi : menengah lah, gak sedikit juga, gak banyak juga kesempatannya.
    Potensi yang diakibatkan : tinggi, kadang 1 bugs, bisa bikin aplikasi gagal jalan sebagaimana mestinya
    Kesulitan mendeteksi : tinggi, kadang bugs itu sulit banget dicari >.<

    contoh lain : server kebanjiran
    Kesempatan terjadi : kecil, ini sih kesempatan langka banget sampe-sampe server kebanjiran, kecuali kamu taruh servernya di pinggir kali ciliwung.
    Potensi yang diakibatkan : tinggi, server tenggelam, nangislah kliennya. Kamu juga mesti ikutan nangis!
    Kesulitan mendeteksi : kecil, lah wong hujan deres, knapa gak disingkirin tuh server ke tempat yang tinggi.

    Nah, resiko-resiko seperti ini yang mesti diperhitungkan. Terutama ya bayaran kamu. Misal kalo kejadian macem-macem, bayaran kamu telat, bagaimana?. Atau kamunya yang telat ngumpul kerjaan bagaimana?

    Dari sisi developer, pas di kontrak kerja, jangan lupa cantumkan aturan-aturan untuk klien (biasanya klien bikin aturan-aturan juga di poin proposal proyek (misal: apabila kamu telat mengumpulkan progress, atau progress tidak sesuai apa yang diharapkan klien, biasanya klien punya hak mengurangi harga proyek), nah, di sini kamu juga perlu membuat aturan-aturan atau klausa yang memperjelas batasan kamu selaku developer, misal: masalah konfigurasi server ataupun backend bukan tanggungjawab kamu yang seorang developer mobile app, masalah akun PlayStore tanggungjawab klien dan harus menggunakan data dari klien, atau apabila ada permintaan tambahan di luar scope pekerjaan yang telah disepakati, maka klien harus di-charge bayaran baru. Itu harus ada klause kerjasama tambahan yang menyatakan poin-poin apa saja tambahannya dan berapa besar biayanya. Nah yang model ini, developer sering luput, lalai, klien menghendaki revisi ini itu, tambahan ini-itu, tapi nilai proyeksi investasinya tetap. Jatuhnya kita yang rugi. 🙂
    Berikut ini ada gambar ilustrasi bagaimana harga sebuah proyek apabila dideliver ke klien lebih awal, tepat waktu atau terlambat. Dan berapa harga yang diharapkan. Dari sini bisa kamu kenali kalau untuk deliver sebuah progress pekerjaan ada resiko pinalty dari klien. Dan itu seharusnya kamu sudah antisipasi.

    Decision Trees
    Decision Trees

Sekian dulu yang dapat saya sampaikan, kurang lebih mohon maaf dan mohon dikoreksi 🙂

Terima kasih.

[salah kaprah] Beda game bergenre Sandbox dengan Open-World

Yak, masih pada bingung bedain sandbox dan open-world
Jangan ikuti yg kebanyakan beredar, tp ikutilah yg benar :p

  1. sandbox dan open world itu termasuk dalam gameplay non-linear. (cek wikipedia bwt lebih jelas)
  2. sama-sama punya free roam.
  3. Biasanya game dengan style free roam gini disebut sandbox. (ada bbrp sitasi dr penelitian dan buku terkait statement ini, cek aja deh di wiki)
    Namun, sebuah konsep game dgn gaya “open-world” belum tentu game tersebut bergenre sandbox.
  4. Karakteristik di dalam game sandbox itu ya spt yg mas David jelasin : bisa bebas kustomisasi, gak cuma karakter, ntah dunianya, tujuannya, pokoknya semau si gamer. Sbg contoh : minecraft itu termasuk sandbox.
  5. Kalo open-world, ada batasannya kayak MGSV, Tales of series, AC series.

Lah, terus knapa di GTA V dan WD jg masih terbatas? gk bisa ganti kolor doang di butik/toko pakaian, atau nongkrong makan di pinggir jalan? Padahal ada bangunan toko pakaian dan restoran, tp gk bisa dimasukin bebas pilih atau ngancurin tokonya ?! 

maksud bebas kustomisasi di sini adalah..
pemain mempunyai peralatan untuk memodifikasi dunianya si tokoh utama di dalam game dan membuat cara tersendiri dalam bermain. Ya itu tadi, kayak Minecraft dan Garry’s Mod.

Jadi, GTA V dan WD itu termasuk “open world” bukan “sandbox”

 

Referensi :

http://en.wikipedia.org/wiki/Nonlinear_gameplay

About


http://en.wikipedia.org/wiki/Open_world
http://www.giantbomb.com/forums/general-discussion-30/whats-the-difference-between-open-world-and-sandbo-421692/
http://www.jasoncarabelli.com/sandbox.html