Manajemen stress


Ada beberapa pekerja mengeluh stress menghadapi pekerjaan, apalagi baru 4-5 bulan kerja dari rumah (WFH). Katanya di rumah tidak bisa fokus karena ada gangguan. Dan dulu ia mengira kerja dari rumah itu enak.

Sebenarnya, memang enak kok, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatur tingkat stress.


Pertama, ibadah. Mari rilekskan pikiran, sebenarnya apa sih tujuan kita hadir di dunia? ya buat beribadah sebanyak mungkin, ikhlas menjalankannya. Kalau kata Aa’ Gym: “godaan dunia yang ia peroleh tak membuat dirinya bahagia. Malahan ia merasa lelah yang luar biasa di dalam hatinya.” Dan ini benar, kita semakin sibuk dengan urusan dunia, lupa niat beribadah, lupa menjalankan ibadah, seharian dari pagi sampai malam hanya dipakai untuk bekerja. Kemudian akan ada satu titik di mana sudah jenuh mulai berpikir “kok ya lelah, jenuh, sekarang aku punya apa?” Sampai ke pada “memang dunia itu cuma harus di tangan saja, jangan di hati jadi, karena bisa membuat hati nggak pernah tenang”. Perbanyak ibadah, disiplin beribadah, dan jadikan setiap aktifitas di dunia ini bernilai ibadah. Niat bekerja untuk beribadah, membantu teman di tim juga diniatkan ibadah, bersaing sehat dengan teman-teman kantor juga diniatkan ibadah, yakin setiap proses yang kita lalui ini adalah jalan yang sudah ditakdirkan Allah. Dan optimis kita bisa melaluinya. Selalu ada jalan.

Kedua, tempo. Akar masalah sulitnya mengatur tempo pekerjaan yaitu ketika perusahaan memiliki ekspektasi yang terlalu ketat terhadap deliver pekerjaan, mungkin ada cara agar kita yang dapat kita lakukan untuk menemukan masalahnya. Bekerja di rumah tentu tempo-nya berbeda dengan bekerja di kantor. Apalagi freelancer yang menyambi bekerja di kantor. Coba diperhatikan kapan ada waktu nganggur di rumah, dimanfaatkan untuk apa? apakah untuk browsing, buka WA, dll..tanpa tujuan? apakah kita masih senang korupsi waktu? ketika waktu bekerja malah dimanfaatkan bermain, browsing-browsing facebook, dll? Nah, masalahnya sudah dapat ditemukan, mulailah bersikap tegas terhadap diri sendiri untuk disiplin dan komitmen terhadap pekerjaan (etos kerja). Bukan ekspektasinya yang terlalu ketat, tetapi memang kitanya yang kurang disiplin di dalam bekerja. Jikalau memang ternyata kita sudah disiplin “boro-boro buka facebook, ini buka FB diblokir kok, memang terlalu ketat”. Untuk hal ini, cobalah berani mengemukakan pendapat di hadapan atasan, “Pak, maaf, ini deadlinenya terlalu mepet, alasannya untuk membuat bagian X saya harus siapkan depedencies library-nya dulu biar bisa saya pakai untuk membuat bagian X. Hari ini confignya, besok saya lanjutkan codingnya. Estimasi selesai besok sore, pak”. Aturlah waktumu sendiri dan komitmenlah dengan itu. Jika kita sudah menentukan waktunya 2 hari, ya komitmen dengan waktu yang sudah kita tentukan itu, jangan sampai meleset, karena tentu mengecewakan orang lain dan terkesan kurang pro.

Ketiga, workout. Workout atau berolahraga adalah salah satu cara merilekskan pikiran dan badan. Di masa pandemi virus covid-19 ini, penting menjaga daya tahan tubuh dan menghindari stress agar sistem imun tidak turun. Sehari ada waktu paling tidak 15 jam beraktivitas. Ya sempatkanlah minimal 1/2 jam untuk berolah raga. Pilih olah raga apapun yang disukai, ntah itu jogging, lari, bersepeda, gym/fitness, senam, zumba, badminton, renang, dan angkat beban. Dan tetap mematuhi protocol kesehatan ya. Dan rutinkanlah setiap hari.

Keempat, kualitas tidur. Sadar gak sih kalau tubuh punya hak untuk beristirahat? Jangan sampai kita mengabaikan waktu tidur kita, sampai dibela-belain begadang sampai pagi. Saya punya beberapa teman yang menyesal di waktu mudanya terlalu sering begadang, sakitnya macem-macem, ada yang asam lambung, sakit jantung, kanker, dll. Apalagi begadangnya tidak ada asupan makanan, perut dibiarkan kosong lebih dari 3 jam, sibuk bekerja, sampai akhirnya hak tubuh terabaikan. Kendalikan waktumu untuk beribadah, berolah raga dan untuk tidur. Apa yang mau dikejar bila sudah jatuh sakit? siapa yang peduli? nyatanya kita sendiri yang akan menyesal kemudian. Sebelum itu terjadi, set jadwalmu kapan waktunya bekerja di rumah, sampai jam berapa, sisanya untuk keluarga, untuk olah raga, untuk beribadah, dan untuk tidur. Tidur dengan rileks tanpa harus memikirkan pekerjaan, tenang… pekerjaan tidak akan ada habisnya, rezeki tidak akan tertukar kok, dicicil saja kemudian hari, yang penting per hari ada progress-nya. Misalkan di waktu siang sulit bekerja di rumah karena ada anak-anak, ya diatur lagi waktunya, misalkan bisa bekerjanya malam, ya sudah setelah waktu isya’ atau sekitar jam 7-8 malam dipakai buat tidur, kemudian bangun kembali jam 1-3 dini hari untuk beribadah sejenak dan bekerja, dilanjutkan sampai subuh dan pagi sarapan dan beberes rumah. Barulah sekitar jam 10 istirahat sejenak, bangun di waktu dzuhur. Setelah itu aktivitas seperti biasa. Namun bagaimana jika pekerja kantoran? Ya kerjakan saja di kantor di jam kantor, jangan pas di kantor malah dimanfaatkan untuk bermain game, facebook-an, dan chat tidak jelas. Jangan korupsi waktu, sehingga pekerjaan dapat selesai dan tidak perlu dibawa ke rumah, di rumah ya dimanfaatkan waktunya untuk berkumpul dan bermain bersama anak-anak sampai malam jam 9-10 dan dipakai buat istirahat yang berkualitas agar bisa bangun subuh. Di waktu subuh, barulah setelah beribadah dimanfaatkan untuk meng-update wawasan, buka dan baca buku kesukaan, baca berita seputar pekerjaan, seputar perkembangan penanganan covid-19, dll. Dengan begitu, waktu tidur tidak akan terganggu sama sekali. Kuncinya satu, disiplin.
Jika ada masalah di kantor atau di pekerjaan yang bisa membuat susah tidur? belajarlah untuk legowo sejenak, belajarlah untuk merelakan sementara “unsolvable” problem dan move on ke pekerjaan yang lain, ketika sudah cukup rileks dan pekerjaan lain selesai, barulah mencoba memahami masalahnya kembali di jam kerja, sehingga waktu tidur tidak terganggu.
Oh ya beberapa orang, buat menjaga kualitas tidurnya baik, biasanya dipakai dengan ngopi atau ngeteh. “Coffee’s an addition to good sleep, not a replacement”.

Kelima, outlook. Beberapa orang stress karena terlalu tinggi menetapkan standar hidup mereka. Cukup ubah mindset dan pandangan hidup kita. Jangan menempatkan standar dan harapan yang terlalu ketat. Beberapa orang mencoba mencapai dan mengejar standar hidup yang terlalu tinggi, sampai-sampai lelah mengejar dunia, terlalu khawatir dengan kehidupan dunia, karena ya itu tadi, terlalu ketat menetapkan standar dan harapan. Ingat, setiap orang sudah ditetapkan jalannya dui dunia, dan berbeda dengan jalan hidup orang lain. Ada orang bisa sukses punya banyak mobil dengan jalan A, ya kalau meniru jalan A, sesuaikan saja dengan kemampuan, jangan lifestyle-nya yang diikuti, akhirnya sampai rela beli mobil secara kredit, berhutang di bank, dll.. ketika tagihan membengkak, akhirnya stress. Kata beberapa orang, “yang mahal itu gengsi dan gaya hidup”. Gaya hidup sederhana, biasanya stressnya berkurang, sederhana bukan berarti pasrah pada kehidupan yang serba pas-pasan atau bahkan pasrah dengan kemiskinan, bukan, sederhana itu maksudnya ya kita tetap bekerja semaksimal mungkin, namun hasilnya tidak dihabiskan untuk gaya hidup. Punya banyak uang, kemudian mengejar gaya hidup, uang akan habis sia-sia. Toh gaya hidup akan terus meningkat, teknologi semakin meningkat, tidak akan ada habisnya. Namun jika punya banyak uang, dimanfaatkan untuk simpanan pendidikan anak agar anak-anak dapat meraih pendidikan setinggi-tingginya, tabungan kesehatan agar siap apabila ada anggota keluarga yang sakit, investasi emas, bersedekah, dan melakukan amal jariyah (mewakafkan tanah, sedekah untuk pembangunan masjid, membangun jalan di komplek, bangun produk untuk sosial, membersihkan jalan di sekitar rumah, memperindah taman, dll, ada ketentraman di dalam hati, dan insya’ Allah, akan terus mengalir pahalanya).

Tulisan ini sebagai pengingat buat kita semua, khususnya diri saya pribadi agar dapat memahami esensi hidup bahagia, stress sekadarnya saja. Ya, pasti manusia akan mengalami stress, yang terpenting mampu mengendalikannya. Ada ungkapan arab yang terkenal di kalangan pesantren yaitu “Man Jadda WaJada” yang artinya “Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil”. Ketika hasil didapat, maka selanjutnya bersyukur. Hasilnya kurang maksimal, tetap bersyukur, yang penting kita sudah berusaha sebaik mungkin. 😊👍🏻

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.